Oleh: Al Hendri, S.Pt, M.si
PENDAHULUAN
Pembangunan peternakan menjadi sangat penting dalam meningkatkan perekonomian masyarakat terutama diwilayah pedesaan, maka orientasi pembangunan peternakan diarahkan kepada model sistem agibisnis yang serasi dan terpadu dengan keterkaitan yang erat antara berbagai subsistemnya. Subsistem dalam agribisnis tersebut adalah subsistem sarana produksi (dwon strem), subsistem usaha tani (farming), subsistem pengolahan dan pemasaran (upstrem) serta subsistem penunjang (kebijakan pemerintah, penelitian, penyuluhan dan pembiayaan).
Subsektor peternakan dan kesehatan hewan yang merupakan bagian dari kegiatan pertanian, menjadi sektor penting dan strategis sebagai sumber protein hewani dan penghasil devisa. Subsektor ini menjadi perhatian utama dalam pembangunan pertanian nasional, disebabkan karena permintaan terhadap produk peternakan terus mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya jumlah kelas menengah di Indonesia dan bonus demografi. Golongan muda yang berpendapatan tinggi, sadar akan kbutuhan protein bagi pertumbuhan dan peningkatan kualitas tubuh.
Disamping itu, Indonesia mempunyai keunggulan komparatif dalam bidang peternakan dan kesehatan hewan yang ditandai dengan dukungan sumber daya genetik baik ternak ruminasia maupun non ruminansia unggas rumpun ternak asli Indonesia di berbagai daerah. Keberadaan sumber daya genetik tersebut didukung oleh potensi boimasa bahan pakan hijauan, kosentrat maupun limbah pertanian.
Pada subsistem pemasaran produk peternakan terus mengalami perkembangan pesat baik di pasar domestik maupun ekspor. Permintaan produk peternakan dalam negeri terutama di kota-kota besar juga terus mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya pendapatan dan kesadaran akan pangan yang bergizi tinggi.
Disisi lain subsistem pengolahan dan pemasaran hasil masih mengalami banyak permasalahan dan kendala seperti mutu produk yang masih rendah, harga yang sangat berfluktuatif sehingga menyulitkan dalam manajemen perencanaan, infrastruktur pemasaran yang masih kurang memadai, inefisiensi biaya produksi, integrasi pasar rendah, jaringan dan informasi pasar rendah serta pemberdayaan sumber daya peternak belum optimal.
Dilain pihak pemasaran hasil peternakan dalam negeri mengalami tantangan dengan tebukanya pasar internasional atau globalisasi perdagangan. Kondisi yang demikian akan menyebabkan arus perdagangan produk peternakan semakin bebas. Negara yang memiliki kebijakan peternakan yang kuat akan semakin mendominasi perdagangan dunia, sebaliknya negara yang kalah bersaing akan dibanjiri dengan produk impor yang pada akhirnya produk dalam negeri tidak memiliki daya saing. Implikasi lain dari globalisasi perdagangan adalah keterkaitan antara pasar domestik dan pasar intenasional akan semakin kuat. Sehingga intervensi pemerintah dalam rangka stabilisasi harga dan perlindungan peternak dalam sangat diperlukan.
Mengantisipasi fenomena tersebut, strategi pemasaran produk peternakan kedepan harus terintegrasi dalam satu sistem supply chain manajemen (SCM) serta perbaikan manajemen kelembagaan pemasaran mulai dari tingkat petani sampai konsumen. Perbaikan tersebut dilakukan melalui peningkatan produktifitas dan mutu produk, efisiensi tataniaga, pengembangan jaringan pemasaran baik secara vertikal maupun horizontal, peningkatan akses informasi pasar, pengembangan sarana dan prasarana pendukung pemasaran. Sehingga produk pertanian dalam negeri memiliki daya saing baik dipasar domestik maupun pasar ekspor.
PELAKU DAN KELEMBAGAAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN
Pelaku Pemasaran
Pelaku pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen ke konsumen akhir, serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Tugas pelaku pemasaran adalah menjalankan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Sedangkan jasa yang diterima pelaku pemasaran dari kegiatannya menjalankan fungsi-fungsi pemasaran adalah margin pemasaran yang terdiri dari biaya pemasaran dan keuntungan. Pelaku pemasaran hasil peternakan secara umum dapat digolongkan menjadi:
Peternak, Peternak merupakan penghasil produk (produsen) yang memiliki dan menguasai komoditi peternakan dengan perannya dalam membudidayakan, memelihara, melakukan penanganan pasca panen atau pengolahan hasil. Para peternak bisa merupakan peternak perorangan atau tergabung dalam kelembagaan peternak dalam bentuk kelompok peternak atau badan usha koperasi, CV maupun PT.
Pengumpul, Pedagang pengumpul adalah pelaku pemasaran yang membeli produk dari peternak secara tunai atau non tunai dan menjual kembali ke pedagang besar/ Bandar ataupun langsung menjual ke pasar ternak kabupaten. Pedagang pengumpul biasanya berada tingkat desa maupun tingkat kecamatan atau sebagai perpanjangan tangan dari pedagang besar tingkat kabuaten. Peranan pedagang pengumpul adalah mengumpulkan komoditi peternakan yang dibeli dari para peternak, yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pemasaran seperti melakukan penggemukan dalam waktu singkaat dan penyedia sarana pengangkutan ke pasar tardisional, pedagang besar antar kabupaten.
Pedagang Besar, Pedagang besar yaitu pedagang yang berperan membeli dan mengumpulkan produk dari beberapa pedagang pengumpul dan akan menjual ke pasar induk, memotong langsung di RPH atau pedagang antar provinsi dan antar pulau. Pedagang besar juga melaksanakan peran penampungan, rehabilitasi dan pendistribusian. Yang termasuk pedagang besar adalah grosir, supplyer sebagai kepanjangan tangan dari ritel atau pedagang daging.
Eksportir, Eksportir adalah pelaku pemasaran yang mempunyai fungsi mengekspor produk perternakan ke luar negeri dalam bentuk bahan baku (raw material), produk setengah jadi atau produk olahan. Eksportir juga berperan mendistribusikan produk peternakan ke luar negeri dan sudah membina perjanjian kontrak dengan pihak pembeli Negara tujuan dalam menentukan jenis, jumlah, mutu dan kontiniutasnya. Dalam upaya optimalisais distribusi barang, eksportir harus menjalin kerjasama yang baik dengan jasa transportasi darat, laut, udara serta perbankan.
Pengecer/ retailer, Pengecer adalah pelaku pemasaran yang menjual langsung kepada konsumen. Pengecer sebagai ujung tombak dari suatu proses produksi. Produsen dan pelaku pemasaran sangat tergantung dengan aktivitas pengecer dalam menjual produk ke konsumen. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilaksanakan adalah: mengkombinasikan beberapa jenis barang tertentu, melaksanakan jasa-jasa eceran untuk barang tersebut, menciptakan keseimbangan antara harga dan kualitas barang yang diperdagangkan, menyediakan barang-barang untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Terkait dengan tempat pemasaran pengecer terdiri dari pengecer di pasar tradisional dan pengecer di pasar modern.
Konsumen (Pabrikan dan rumah tangga), Konsumen adalah pelaku pemasaran terakhir yang membeli produk baik untuk di konsumsi ataupun untuk diolah. Konsumen dibagi atas konsumen rumah tangga dan konsumen pabrikan atau industri pengolahan. Konsumen rumah tangga membeli produk perternakan langsung ke pasar tradisional atau pasar modern untuk dikonsumsi langsung. Sedangkan konsumen pabrikan akan membeli produk perternakan dalam jumlah besar dengan tujuan untuk diolah lebih lanjut lanjut menjadi produk yang mempunyai nilai tambah dan siap untuk dipasarkan didalam negeri dan diekspor.
Tabel 2. Manajemen rantai pasok produk peternakan secara umum
No | Anggota Rantai | Tugas | Fungsi | Nilai Tambah |
1. | Peternak | - Membudidayakan - Pemeliharaan - Memanen - Pasca Panen | - Menghasilkan hewan ternak | Harga |
2. | Pedagang Pengumpul | - Pengumpulan - Pasca Panen - Sortasi | - Pembiayaan - Mendistribusikan | Margin I |
3. | Pedagang Besar | - Pengumpulan - Penggudangan | - Mendistribusikan | Margin II |
4. | Eksportir | - Penggudangan - Pengepakan | - Pengiriman | Margin III |
5. | Pengecer | - Mengkombinasikan dengan produk- produk pertanian tertentu | - Memasarkan produk ke konsumen akhir | Margin IV |
6. | Konsumen pabrikan | - Mengolah produk untuk pangan, pakan dan energy | - Membeli produk | Nilai tambah produk olahan |
7. | Konsumen rumah tangga | - Mengkonsumsi produk | - Membeli produk | - |
Seluruh aktifitas pelaku pemasaran tersebut diatas, dalam proses distribusi produk pertanian dari produsen ke konsumen berhubungan satu sama lain akan membentuk jaringan pemasaran.
Kelembagaan Pemasaran Hasil Peternakan
Kelembagaan pemasaran adalah suatu lembaga pemasaran produk pertanian yang dilengkapi dengan manajemen, sarana dan prasarana pendukung pemasaran. Lembaga pemasaran beroperasi di dua lokasi yaitu di sentra produksi dan disentra konsumen. Dalam pengelolaannya lembaga pemasaran ada yang dikelola oleh pemerintah dan dikelola oleh swasta. Beberapa kelembagaan pemasaran produk peternakan yang sudah berkembang sampai saat ini adalah sebagai berikut :
1. Pasar Ternak
Pasar ternak merupakan lembaga pemasaran yang dibentuk untuk memfasilitasi pemasaran ternak oleh para peternak secara langsung dengan para pedagang, yang biasanya berlokasi diantara sentra produksi dan sentra konsumen. Para petani dan pedagang akan bertemu langsung untuk melakukan transaksi sehingga diharapkan dengan adanya pertemuan tersebut akan terjadi trasnparansi harga dan petani dapat menjual ternaknya pada pedagang dengan harga yang lebih tinggi. Selain itu di pasar ternak juga disediakan sarana dan prasarana pendukung pasar diantaranya fasilitas bangunan kandang serah, timbangan, hijuan makanan ternak, air, dll.
2. Toko Tani
Toko tani merupakan lembaga pemasaran ditingkat petani yang pengurusnya adalah petani itu sendiri. Pasar tani bertujuan untuk memasarkan produk pertanian maupun produk olahan langsung ke konsumen. Pasar tani merupakan pasar mobile dengan lokasi ditempat-tempat keramaian. Produk pertanian yang dipasarkan pada umumnya produk tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan produk olahan hasil pertanian. Manajemen pasar tani adalah langsung dari poktan atau gapoktan dengan pemerintah daerah sebagai Pembina. Dengan adanya pasar tani akan membantu petani memasarkan langsung produknya ke kosumen sehingga petani tidak hanya sebagai produsen tapi juga sebagai supplyer yang pada akhirnya diharapkan pendapatan petani akan meningkat. Pasar tani sebagai lembaga pemasaran tingkat petani dapat dimanfaatkan oleh poktan/gapoktan untuk mengembangkan jaringan pemasaran dengan pelaku usaha lainnya. Jadwal pasar tani tidak setiap hari tapi satu kali atau dua kali dalam seminggu sehingga hari-hari lain petani dapat menggarap kebunnya untuk menghasilkan produk yang berkualitas sesuai permintaan pasar.
4. Pasar Lelang Ternak
Pasar lelang adalah suatu lembaga transaksi (jual beli) produk pertanian di sentra produksi, yang dilengkapi dengan aturan main dan system transaksi tertentu menuju pembentukan harga tertinggi secara transparan. Untuk memeperlancar arus perpindahan produk yang dilelang, penataan lokasi pemasaran produk pertanian tersebut sebaiknya berada pada lokasi yang terjangkau oleh sentra-sentra produksi komoditi yang sejenis dalam satu provinsi. Keberadaan pasar lelang pertanian di lokasi yang tepat diharapkan akan memperlancar pemasaran produk pertanian dan memberi manfaat bagi seluruh pelaku pemasaran. Petani akan menikmati harga yang tinggi sesuai dengan kualitas poduk yang dihasilkan, dan produk yang bermutu rendah akan dihargai lebih rendah. Dengan demikian petani mendapatkan keuntungan dari setiap peningkatan mutu yang diberikan terhadap produknya.
Keberadaan pasar lelang komoditas pertanian akan menjadi fasilitator dan intermediasi antar petani (gapoktan) dan pembeli baik pedagang pengencer, pengumpul, pedagang besar dan kosumen akhir dengan jaringan pemasaran yang lebih pendek dan trasparan. Berdasarkan mekanisme pasar lelang tedapat manfaat baik bagi petani maupun pembeli sebagaimana berikut:
1. Kepastian/ Jaminan pembeli, Transaksi yang terjadi di pasar lelang akan memberikan kepastian kepada petani bahwa produk yang dihasilkan akan diserap oleh pasar sesuai dengan kesepakatan dipasar lelang
2. Kepastian/Jaminan Harga, Dipasar lelang semua pihak secara terbukia melakukan negosiasi harga sehingga harga yang terjadi lebih transparan.
3. Meningkatkan posisi tawar petani, Pada perdagangan biasa, daya tawar petani rendah karena petani bergerak sendiri-sendiri, informasi pasar yang tidak seimbang, dan kecendrungan para pedagang bergerak koluktif, sehingga dengan kondisi ini petani mendapatkan harga yang rendah. Dengan keterlibatan petani dan banyak pedagang dalam pasar lelang maka kemungkinan pihak satu mengekploitasi pihak yang lain.
4. Mendorong peningkatan mutu dan produksi, petani/produsen akan terdorong untuk meningkatkan mutu dan kulaitas produk karena persaingan dipasar lelang yang ketat.
5. Meningkatkan efisiensi tataniaga, dengan pasar lelang antara produsen dan konsumen bisa bertemu lansung dalam melakukan penjualan dengan harga yang saling menguntungkan.
6. Meningkatkan kepercayaan institusi keuangan, lembaga keuangan akan tertarik membiayai proses produksi para petani karena petani sudah mendapatkan jaminan pasar dan membiayai pembeli sebagai pre-financing atas komoditas yang dibelinya
Pendukung Kelembagaan Pemasaran
Untuk mendukung kelancaran dalam pemasaran hasil pertanian dan menjalin jaringan pemasaran dengan pelaku usaha atau seluruh stakeholder yang terkait terhadap komoditas yang akan dipasarkan, maka lembaga pemasaran ditingkat poktan/ gapoktan harus didukung oleh sarana dan prasarana pemasaran sebagai berikut :
1. Sarana Informasi Pasar
Untuk memasarkan produk pertanian tidak terlepas dari informasi pasar yang tersedia baik berupa harga dan kebutuhan pasokan atau kebutuhan pasar, kualitas produk yang diinginkan konsumen, dan lain sebagainya. Informasi pasar menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh gapoktan dalam memasarkan produknya karena harga pertanian yang berfluktuatif dan cendrung tidak transparan ditingkat petani yang menyebabkan petani sebagai penerima harga (price taker) bukan sebagai penentu harga (price maker). Informasi pasar bisa didapatkan dari media cetak maupun elektronik (internet dan televisi) baik harga domestik maupun harga internasional.
Selain informasi harga, informasi pelaku usaha (supplyer, eksportir dan industri pengolahan) serta kebutuhan akan pasokan perlu menjadi perhatian bagi gapoktan. Dengan adanya informasi tersebut, akan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi petani untuk melakukan pengaturan produksi dan manajemen pemasaran.
2. Sarana Sortasi (Grading) dan Packaging
Sarana sortasi merupakan sarana-sarana pendukung untuk melakukan kegiatan sortasi, dengan adanya sortasi akan memudahkan mengelompokan produk sesuai jenis dan kualitasnya (grade). Sedangkan packaging merupakan kegiatan untuk melakukan pengemasan produk sesuai dengan jenis dan produk yang diinginkan, sarana packaging seperti : karung, peti (box), keranjang, raping, dll. Kegiatan sortasi dan packaging akan membantu poktan/ gapoktan atau lembaga pemasaran ditingkat petani untuk memenuhi kebutuhan pasar sesuai permintaan.
3. Penyimpanan (storage)
Lembaga pemasaran sangat memerlukan tempat penyimpanan produk untuk sementara waktu menjelang dipasarkan, sarana penyimpanan berupa gudang untuk komoditi tanaman pangan dan perkebunan, untuk komoditi hortikultura dan hasil olahan peternakan adalah ruang berpendingin (Cold storage) sedangkan untuk pasar ternak harus dilengkapi dengan kandang serah. Dengan adanya sarana penyimpanan akan menjamin kualitas dari produk pertanian dapat tahan dalam jangka waktu tertentu sebelum dipasarkan. Gudang juga sangat berfungsi untuk mengatur supply dan demand produk pertanian sehingga akan berdampak pada stabilisasi harga.
4. Pembiayaan (financing)
Pembiayaan dalam kegiatan pemasaran sangatlah utama agar kegiatan jual beli dapat berjalan dengan lancar. Sumber pembiayaan bisa berasal dari lembaga perbankan maupun non perbankan. Lembaga pemasaran ditingkat gapoktan diharapkan dapat membentuk lembaga pembiayaan mikro dengan tujuan untuk memberikan pelayanan pembiayaan kepada anggota seperti jasa simpan pinjam atau bekerjsama dengan lembaga pembiayaan laiinya (perbankan/ non perbankan). Dengan adanya layanan pembiayaan akan dapat mempermudah anggota untuk mendapat modal usaha dan melakukan jual beli produk pertanian.
5. Aksesibilitas
Aksesibilitas merupakan sarana yang mendukung akses pemasaran di lembaga pemasaran seperti sarana moda trasportasi dan sarana komunikasi dan informasi. Moda trasportasi merupakan hal yang sangat penting dalam pemasaran produk pertanian yang berguna untuk mendistribusikan baik untuk perdagangan antar pulau maupun ekspor. Bentuk moda transportasi untuk pengangkutan produk pertanian adalah moda transpotasi jalan (motor, bus dan kereta api), moda transportasi laut (kapal, perahu, dll) dan moda trasportasi udara (pesawat terbang). Kegiatan pemasaran juga akan sangat didukung oleh sarana informasi seperti telephon dan jaringan internet.
PENATAAN TATANIAGA TERNAK DAN HASIL TERNAK
Karakteristik Produk Peternakan
Produk peternakan mempunyai karekteristik yang berbeda tergantung pada produk apa yang diusahakan, apakah dalam bentuk ternak hidup atau hasil peternakan dalam bentuk olahan. Peternakan berdasarkan jenisnya dibedakan atas ternak besar (sapi, kerbau), ternak kecil (kambing, domba, unggas), dan aneka ternak (kelinci, rusa, burung puyuh, hewan kesayangan, dll). Jika memperdagangkan sapi dalam bentuk hidup, maka aspek umur, bobot hidup serta pakan menjadi peting agar terjadi efisiensi dalam memaksimalkan keuntungan. Sedangkan hasil olahan ternak bersifat cepat rusak (perishable) dan harus membutuhkan manajemen penanganan yang cepat pula untuk diproses lebih lanjut atau dikonsumsi, adapun hasil olahan ternak adalah daging, susu, telur dan hasil ikutan laiinya. Pada umumnya produk olahan peternakan untuk pangan pemasaranyan cenderung dengan rantai dingin (cold chain).
Kondisi Tata Niaga Sapi dan Daging saat ini
Pemasaran hasil peternakan pada umumnya masih bersifat tradisional dengan rantai pasar yang sangat panjang walaupun sudah ada pasar ternak, namun belum sepenuhnya peternak lansung yang menjual ternaknya dipasar tersebut, hal ini disebabkan oleh produksi peternakan yang dihasilkan oleh banyak peternak dengan kepemilikan ternak yang relatif kecil (1-2 ekor). Pada sistem pemasaran ada dua hal yang umum mempengaruhinya yaitu struktur dan prilaku pasar.
Srtuktur pasar adalah suatau kesatuan hubungan pemasaran yang digambarkan dalam rantai tata niaga, mulai dari produsen/peternak sampai ke konsumen. Sedangkan prilaku pasar berkaitan dengan fenomena riil yang terjadi di pasar yang sudah membudaya dalam kegiatan transaksi/ pemasaran. Pada komoditas sapi potong, prilaku pasar yang terjadi misalnya penentuan harga ternak sebahagian besar masih secara taksiran bukan berdasarkan berat badan melalui timbangan. Peran blantik sangat dominan di pasar ternak sebagai perantara dari peternak ke pedagang antar kecamatan atau antar kabupaten.
Panjangnya rantai pemasaran ternak sapi dan daging sapi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kelembagaan peternak yang masih belum kuat, keterbatasan akses permodalan, keterbatasan petani dalam penggunaan teknologi komunikasi dan informasi, sarana dan prasarana pemasaran belum mendukung, perencanaan produksi yang kurang jelas, stuktur dan prilaku pasar yang kurang baik sehingga menimbulkan distorsi pasar. Akibatnya sistem transaksi yang terjadi mulai dari produsen sampai ke pasar regional di sentra konsumen tidak mampu menghasilkan proses pembentukan harga secara transparan. Panjangnya rantai pemasaran sapi dan daging sapi saat ini dapat digambarkan seperti pada gambar 1 dibawah ini.
Gambar 1. Rantai tata niaga sapi potong saat ini
Sumber: T.D Sudjana Puslitbang Peternakan
Pada gambar diatas dapat dibayangkan panjang dan rumitnya seekor sapi sampai menjadi daging sampai ke konsumen. Ditingkat peternak sudah terlibat makelar desa dan pedagang antar Kecamatan. Kemudian menuju kepasar hewan para belantik dipasar hewan berperan untuk menentukan harga. Dari pasar hewan ke pedagang antar Kabupaten menuju pasar hewan Kabupaten. Selain itu jalur lainnya melalui pedagang pengepul ke pedagang pengecer kemudian ke RPH untuk dipotong oleh pedagang pemotong lain akhirnya ke konsumen. Jalur lainnya dari para belantik pasar hewan menuju pedagang antar Pulau antar provinsi yang selanjutnya ke peternak, feedlot, pedagang sapi atau pedagang pemotong terus ke pedagang pengecer melalui RPH sampai kepada konsumen. Gambaran ini menunjukkan bahwa perdagangan tata niaga ternak sapi kurang efisien yang ditunjukan dari nilai indek distribusi yang besarnya 0,61 persen.
Gambar 2. Potret distribusi sapi yang tidak menerapkan prinsip animal welfare.
Perdagangan tata niaga ternak sapi dan daging sapi akan menjadi kompleks lagi apabila lewat pedagang antar pulau sehingga ternak sapi diangkut melalui kapal laut yang tidak memenuhi kaidah kesejateraan hewan (animal welfarer) selama ternak dikapalkan sebagaimana terlihat pada gambar diatas. Menurut Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner (2015) cara pengangkutan ini menyebabkan menurunnya mutu daging yang diperdagangkan sehingga menurunkan harga.
Kondisi Tata Niaga yang diharapkan
Perbaikan tata niaga sapi dan daging sapi kearah yang lebih baik perlu dilakukan supaya agribisnis peternakan dapat menjadi bisnis yang berdaya saing dan menguntungkan bagi semua pihak yang terlibat (peternak, pelaku pasar, konsumen dan lembaga terkait lainnya) dalam sistem agribisnis. Sistem tata niaga dideskripsikan sebagai kumpulan komponen kegiatan ekonomi yang saling terkait dan terkoordinasi yang dilakukan oleh individu-individu atau lembaga-lembaga yang ditujukan untuk melaksanakan dan memperlancar proses transaksi antara produsen dan konsumen melalaui kegunaan hak milik, kegunaan tempat, serta kegunaan waktu dan bentuk. Dalam sistem tata niaga kegiatan produksi dan pasar merupakan rangkaian yang tidak bisa dipisahkan, sehingga perbaikan tata niaga sapi dan daging sapi akan mendorong peningkatan gairah peternak untuk melakukan usaha budidayanya dan dapat meningkatkan populasi ternak.
Dalam mewujudkan tata niaga sapi dan daging sapi yang baik maka Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan melakukan langkah-langkah yang sedang dan akan ditempuh meliputi 1) penguatan kelembagaan kelompok ternak sapi lokal, 2) mendorong pengembangan industri daging sapi disentra produksi, 3) Revitalisasi pasar ternak disentra sentra produksi, 4) Optimalisasi peran pemerintah daerah dalam tata niaga, 5) Regulasi import baik sapi bakalan maupun daging sapi, 6) Melakukan pembangunan sarana dan prasarana transportasi untuk kelancaran distribusi sapi dan daging sapi dan 7) Mengintegrasikan badan – badan otoritas dipelabuhan. Kondisi tata niaga yang diharapkan kedepan adalah tata niaga yang sangat efisien dan saling menguntungkan seperti pada gambar 4. Peta pemasaran ternak yang baru.
Sarana Pendukung Tata Niaga Sapi dan Daging Sapi
1. rasportasi
Trasportasi adalah kegiatan untuk memindhkan produk dari produsesn sampai ke konsumen. Kegiatan pemindahan barang tersebut akan didukung oleh moda transportasi yang digunakan, secara umum moda trasportasi dibedakan atas moda darat, moda laut dan sungai serta moda udara. Masing-masing moda akan digunakan dengan pertimbangan jarak, waktu, jumlah dan biaya untuk pengangkutan komoditi.
Indonesia sebagai negara kepulauan yang tersebar dengan 17 ribu pulau tentu pengangkutan produk peternakan dengan sistem transportasi multi moda, karena tidak ada satu modapun yang bisa berdiri sendiri, setiap moda saling mengisi. Masing-masing moda mempunyai keunggulan dibidangnya masing-masing. Bentuk-bentuk moda transportasi dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Moda transportasi darat
Merupakan moda yang sangat banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan dapat memenuhi kebutuhan transportasi. Beberapa alat trasportasi yang dapat digunkan untuk mengkut sapi dan daging sapi adalah truk dan kereta api. Sistem transportasi darat membutuhkan biaya operasi dan perawatan yang tinggi baik untuk alat angkut-nya maupun biaya perawatan prasarana sehingga hanya sesuai untuk jarak perjalanan pendek dan menengah saja.
Sistem transportasi kereta api dapat dioperasikan dengan biaya operasi dan biaya perawatan yang lebih rendah dari truck, namun biaya investasi awalnya sangat tinggi sehingga dapat digunakan dalam pengkutan dalam jumlah besar.
2) Moda trasportasi laut
Moda laut merupakan moda angkutan yang paling efektif untuk angkutan barang jarak jauh dan dalam jumlah yang besar. Pelayaran dapat berupa pelayaran antar pulau, pelayaran samudra ataupun pelayaran pedalaman melalui sungai atau pelayaran di danau. Didalam pelayaran biaya terminal dan perawatan alur merupakan komponen biaya paling tinggi, sedangkan biaya pelayarannya rendah.
Dalam pengangkutan ternak sapi dari wilayah produsen teruatam wilayah timur (NTT, Bali, NTB dan Sulawesi) moda trasportasi laut akan lebih efisien. OLeh sebab itu pemerintah telah melakukan pembutan kapal khusus ternak sehingga kedepan transportasi laut yang lebih efisien akan dapat menciptakan perbaikan tata niaga ternak.
3) Moda transportas udara
Moda transportasi udara mempunyai karakteristik kecepatan yang tinggi dan dapat melakukan penetrasi sampai keseluruh wilayah yang tidak bisa dijangkau oleh moda transportasi lain namun dengan biaya yang sangat tinggi.
Dalam pengangkutan sapi dan daging sapi beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam memilih moda transportasi adalah pertimabangan harga, waktu, kapasitas angkutan, kemungkinan kehilangan dan kerusakan serta jenis/ sifat produk yang akan dipindahkan. Masing-masing moda mempunyai keunggulan dan kelemahan tergantung dari penggunaan dan produk yang akan dipindahkan oleh masing-masing moda tersebut.
2. Sistem Iformasi
Untuk memasarkan produk peternakan tidak terlepas dari informasi pasar yang tersedia baik berupa harga dan kebutuhan pasokan atau kebutuhan pasar, kualitas produk yang diinginkan konsumen, dll. Informasi pasar menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh peternak dalam memasrkan produknya karena harga produk peternakan yang berfluktuatif dan cendrung tidak transparan ditingkat peternak yang menyebabkan peternak sebagai penerima harga (price taker) bukan sebagai penentu harga (price maker).
Selain informasi harga, informasi pelaku usaha (suplyer, eksportir dan industri pengolahan) serta kebutuhan akan pasokan perlu menjadi perhatian bagi gapoknak. Dengan adanya informasi tersebut, akan dapat menjadi bahan pertimabangan bagi petani untuk melakukan pengaturan produksi dan manajemen pemasaran.
3. Rumah Potong Hewan (RPH) dan Cold Storage
Untuk mendukung tata niaga daging sapi akan ditentukan oleh ketersediaan (RPH) yang menerapkan prinsip ASUH. RPH Kedepan akan berfungsi sebagai pusat distribusi daging sapi dari daerah produsesn ke daerak konsumen. Berkaitan dengan hal tersebut, maka RPH harus dilengkapi dengan ruang berpendingin (Cold storage).
Dengan adanya sarana penyimpanan akan menjamin kualitas dari produk daging dapat tahan dalam jangka waktu hingga sampai ke konsumen. Dalam manajemen pemasara, beberapa kegunaan storage adalah :
1) Fungsi waktu dalam pemasaran produk peternakan menjadi sangat penting karenan produk peternakan cepat rusak dan harus diterima oleh konsumen dalam keadaan segar sehingga produk tersebut harus disimpan dalam gudang berpendingin (cold storage) sehingga tingkat kerusakan disebabkan jarak waktu dari panen sampai kekonsumen tetap terjamin kesegarannya.
2) Kesimbangan supply deman, dengan adanya storage ketika produksi melimpah menyebabkan harga menjadi turun karena banyaknya produk yang sama ditawarkan di pasar produk dapat disimpan sementara sampai harga menjadi normal kembali.
3) Storage berperan sebagai penyimpanan stokc pangan bagi suatu negara apabila terjadi gagal panen ataupun untuk cadangan untuk penanggulangan bencana.
4) Menjembatani keseinjangan antara waktu panen dengan pasar yang berfluktuatif
Pola dan Sistem Pemasaran Hasil Peternakan
1. Pola Kemitraan
Pola Kemitraan adalah pola hubungan antara petenak dengan perusahaan besar/BUMN/BUMD sehingga memangkas pelaku rentenir yang banyak menikmati keuntungan dari tata niaga sapi kerbau. Dalam pola kemitraan ini peternak mengadakan kesepekatan dengan perusahaan/ BUMN/BUMD untuk menjual sapinya dengan harga kesepakatan. Selanjutnya pemasaran menjadi tanggung jawab perusahaan tersebut. Pola ini akan lebih baik lagi kalau kemitraannya sampai kepada aspek hilir sehingga keuntungan peternak meningkat. Kewajiban perusahaan dalam hal ini adalah membina peternak sesuai dengan standar yang diinginkan.
Kondisi yang diharapkan adalah terhimpunnya para peternak baik yang dapat menghasilkan sapi siap potong dapat langsung memotong ke RPH Kabupaten/Kota dengan cara modern atau meatbox melalui badan usaha koperasi yang telah dibentuk. Dengan cara ini dapat memotong atau memangkas peranan pedagang perantara atau pengepul ditingkat Kecamatan dan Kabupaten/Kota. Demikian juga untuk pedagang antar pulau/provinsi akan dipangkas peranannya karena koperasi peternakan tersebut dapat langsung melakukan pemotongan di RPH, kemudian RPH tersebut dengan pengawasan pemerintah dapat memasarkan daging beku atau dalam bentuk karkas ke pasar daging lokal. Daging beku (meatbox) dapat juga dipasarkan ke konsumen lainnya antar kota dan antar provinsi melalui pelabuhan/bandara ke distributor daging dan pasar daging ritail/ industri dan horeka.
Selain itu distributor daging dapat melakukan kemitraan langsung dengan RPH untuk menerima meatbox dengan perjanjian tertentu. Demikian juga RPH dapat bermitra dengan peternak yang telah berhimpun dalam koperasi sehingga tidak ada lagi pedagang perantara.
Koperasi peternak sapi juga dapat melakukan pengadaan sapi bibit dan sapi bakalan yang kemudian dapat diantarpulaukan dengan kapal ternak ke berbagai kelomok koperasi lainnya atau via swasta. Hal yang sama berlaku untuk pegadaan sapi bakalan import. Dengan demikian import sapi bakalan dapat menjadi tugas koperasi peternak untuk melakukan
2. Pola Pasar Lelang Ternak
Pasar lelang ternak adalah suatu lembaga transaksi (jual beli produk peternakan) yang dilengkapi dengan aturan main dan sistem transaksi tertentu menuju pembentukan harga tertinggi secara transparan. Peternak akan menikmati harga yang tinggi sesuai dengan produk yang dihasilkan. Pasar lelang ternak akan menjadi fasilitator dan intermediasi antar peternak dan pembeli yang dapat memangkas keberadaan pedagang perantra.
PENGEMBANGAN PEMASARAN
HASIL PETERNAKAN
Manajemen pemasaran produk peternakan akan sangat tergantung pada jenis produk yang akan dipasarkan apakah dalam bentuk ternak hidup atau hasil produksi dari peternakan (susu, daging, telur dan produk ikutannya). Jaringan pemasaran peternakan cenderung sudah terbangun dengan baik terutama untuk ternak ayam pedaging dan petelur melalui pola inti plasma dimana inti adalah perusahaan besar yang menyediakan sarana input produksi dan menjamin pemasaran. Untuk pemasaran ternak besar seperti sapi, kerbau, dan kambing masih secara tradisional dan dengan rantai pemasaran yang panjang sampai ke konsumen (rumah tangga atau industri).
Panjangnya rantai pemasaran ternak besar dan rendahnya posisi tawar peternak disebabkan kelembagaan pemasaran ditingkat peternak masih lemah dan belum terorganisisr sehingga kerjasama pemasaran belum terbangun dengan baik dengan pelaku usaha atau industri pengolahan. Permasalahan lain pemasaran ternak besar adalah mekanisme penetapan harga masih secara taksiran, peternak hanya sebagai penerima harga, tidak ada tranparansi harga, pembelian ternak dipedesaan didominasi oleh blantik. Untuk menciptakan pemasaran peternakan yang adil diperlukan manajemen pemasaran yang terbuka sehingga peternak dan pedagang mendapat keuntungan yang sama.
Membangun jaringan pemasaran dengan lembaga-lembaga pemasaran akan memberikan manfaat yang besar bagi para peternak. Untuk maksud tersebut manajemen di pasar ternak harus ditata sedemikian rupa seperti penetapan penjualan berdasrkan timbangan, harga yang transparan, jenis dan kondisi ternak. Dalam pemasaran peternakan diperlukan pembangunan jaringan atau kemitraan dengan perusahaan, rumah potong hewan atau industri pengolahan daging, supermarket, pengelola pasar ternak juga dapat berperan sebagai distributor untuk menyalurkan kepada RPH atau industri pengolahan daging.
Untuk komoditas olahan peternakan seperti daging dan susu pelu penanganan yang hati-hati dan harus segera dipasarkan karena produk tersebut cepat rusak ataupun perlu adanya gudang pendingin untuk penyimpanan sementara sebelum dijual ke konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto. A. 2009. Dinamika Daya Saing Industri Peternakan. IPB Press. Bogor
Herdiawan. D. 2012. Ketahanan Pangan dan Radikalisme. Repblika. Jakarta
Jafar. H.M. 2009. Membangun Pertanian Sejahtera, Demokratis dan Berkelanjutan. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Kharoen. H. 2012. Politik Ekonomi Pangan Menggapai Kemandirian Mewukudkan Kesejahteraan. Cidesindo. Jakarta.
Krisnamurti, Azumardi, dkk. 2009. Revitalisasi Pertanian dan Dialog Peradaban. Kompas. Jakarta
Kuncoro. M. 2009. Ekonomika Industri Indonesia. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Nainggolan.K. 2008. Melawan Kemiskinan dan Kelaparan Abad ke-21, Kekal Prees. Jakarta
Statistik Peternakan 2012 Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan