1.1.
Latar
Belakang
Pembangunan pertanian menjadi sangat penting dalam
meningkatkan perekonomian masyarakat terutama diwilayah pedesaan, maka
orientasi pembangunan pertanian diarahkan kepada model sistem agibisnis yang
serasi dan terpadu dengan keterkaitan yang erat antara berbagai subsistemnya
(hulu dan hilir). Akhir-akhir ini
telah muncul pandangan bahwa pembangunan pertanian harus dilihat secara
menyeluruh (holistik), terintegrasi
antar seluruh instansi dan stakeholder
terkait. Hal ini disadari karena sektor pertanian tidak terlepas dari kegiatan
untuk menghasilkan bahan pangan (food)
yang merupakan kebutuhan asasi manusia yang mesti dipenuhi disamping untuk
kebutuhan pakan (feed) dan energi
terbarukan (biofule). Selain itu,
tidak dapat dipungkiri sektor pertanian telah berkontribusi terhadap PDB,
sumber bahan baku industri, dan membuka lapangan pekerjaaan baik disubsitem
hulu (dwon strem), sub sistem budidaya (on farm) , subsistem hilir (up
strem) serta subsistem
penunjang (kebijakan pemerintah, penelitian, penyuluhan dan
perkereditan/pembiayaan).
Subsitem usaha tani atau budidaya (on farm) meruapakan susistem dalam
sistem agribisnis paling utama dalam kegiatan agribisnis, karena semua kegiatan
agribisnis ada karena adanya kegiatan untuk memproduksi produk pertanian. Menurut
Downey dan Erickson (1989) “Keuntungan
dari usaha tani/ budidaya hanya 30 % saja sedagkan 70 % nya berada pada sektor
hilir (pengolahan dan pemasaran)”. Walaupun demikian sector produksi
merupakan yang paling utama dalam kegiatan agribisnis. Oleh sebab itu perlu
untuk memahami seluruh subsector dalam agribisnis tersebut, sehingga dapat
untuk memahamai sitem agribisnis secara utuh.
Indonesia sebagai
negara agraris tentu sudah mempunyai banyak pengalaman dalam dunia pertanian terutama
pada subsistem budidaya atau usaha tani dengan dukungan lembaga-lembaga
penelitian dalam bidang budidaya. Selain itu sebagian besar tenaga kerja pada
subsistem budidaya, oleh sebab itu kegiatan budidaya masih menjadi perhatian
utama dalam pembangunan pertanian secara umum. Berkaitan dengan hal tersebut
makalah ini bertujuan untuk melihat peran dan perkembangan subsitem budidaya
atau usaha tani dalam system agribisnis.
1.2.
Perumusan
Masalah
Kegiatan subsistem
budidaya atau usaha tani masih menjadi sector utama dalam kegiatan agribisnis
di Indonesia, namun dalam system agribisnis semua subsitem harus saling
terintegrasi sehingga kegiatan agribisnis menjadi utuh mulai dari kegiatan hulu
sampai hilir. Walaupun susbsitem budidaya sudah lama berkembang dan penyerap
tenaga kerja paling besar dalam system agribisnis bukan berarti subsistem
budidaya tidak luput dari permasalahan. Beberapa permasalahan dalam subsistem
budidaya adalah belum menyeluruhnya petani menerapkan system budidaya yang baik
(Good Agricultur Practice), lahan pertanian yang semakin berkurang akubat alih
fungfsi lahan dan keadaan iklim yan sulit diprediksi akhir-akhir ini.
1.3.
Tujuan
dan Kegunaan
Tujuan dari penulisa
makalah ini adalah untuk melihat berbagai kegiatan dalam agribisnis dalam hal
ini subsector budidaya/usaha dalam perannya dalam system agribisnis di
Indonesia. Kegunaan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas matakuliah sistem
agribisnis.
1.4. Sistem Agribisnis
Agribisnis
merupaka sebuah system keterkaitan antara sector input produksi, kegiatan
budidaya, pengolahan dan pemasaran serta penelitian dan penyuluahan. Semua sub
system tersebut dalam keseluruhannya disebut dengan system agribisnis. Pada
mulanya agribisnis didefinisikan secara sempit, hanya sub sector produksi/
budidaya saja tetapi juga menyangkut pasca panen, pemprosesan, penyebaran dan
penjualan (Downay dan Erikson, 1989 dalam sukardono, 2009).
Menurut
Saragih (1998), agribisnis merupakan
suatu sector ekonomi modern dan besar dari pertanian primer, yang
mengcakup empat sub system yaitu : 1) subsistem agribisnis hulu (up-stream). Yaitu kegiatan ekonomi yang
menghasilkan agroindustri hulu dan memperdagangkan sarana produksi pertnian
primer (seperti industri pupuk. Obat-obatan, benih dan alsintan. 2) Sub system
usaha tani (on farm) yang dimasa lalu disebut dengan sector pertanian primer.
3) subsistem agribisnis hilir (down stream), yaitu kegiatan ekonomi pertanian
yang mengelola hasil pertanian primer baik yang siap untuk dimasak maupun siap
untuk disaji. 4) subsitem jasa pendukung laiinya seperti perkereditan,
asuransi, trasportasi, pergudangan, penyuluhan, kebijakan pemerintah dan
lain-lain.
Gambar 1. Keterkaitan berbagai subsistem
dalam system agribisnis
Keempat subsistem
tersebut saling terkait dan saling menentukan. Subsistem usaha tani memerlukan
input dari subsistem agribisnis hulu, sebaliknya susbsistem agribisnis hulu
memerlukan subsistem usaha tani sebagai pasar produknya, sedangkan subsitem
hilir memerlukan produk untuk diolah dan diperdagangakan dari subsistem usaha
tani, ketiaga subsitem diatas akan memerlukan subsistem jasa layanan pendukung
untuk memeperlancar aktivitasnya. Dalam hal budaya atau usaha tani terdiri dari
empat subsector pertanian yang bisa dikembangkan di Indonesia yaitu Subsektor
tanaman pangan, peternakan, perkebunan dan hortikulturan.
1.5. Perkembangan Budidaya pertanian dalam
kegiatan Agribisnis
Kegiatan budidaya
pertanian secara umum akan berbeda setiap komoditas pertanian, sector pertanian
terbagi pada beberapa sub sector yaitu : sector pertanian tanaman pangan,
sector perkebunan, peternakan dan hortikultura. Masing-masing komoditas
tersebut telah menunjukan perannya dalam kegiatan agribisnis terutama pada sub
sector budidaya.
1.5.1.
Tanaman Pangan
Tanaman pangan merupakan menjadi prioritas
penting untuk dikembangkan untuk mencukupi kebutuhan pangan utama yaitu beras.
Beberapa tanaman pangan yang dikembangkan di Indonesia meliputi padi, jagung,
kedelai, kacang tanah, kacang hijau dan ubi kayu. Padi merupakan komoditas
produk tanaman pangan yang paling tinggi produksinya dibandingkan komoditi
tanaman pangan lainnya. Pada tahun 2007 produksi padi nasional adalah 57,15
juta ton dan mengalami peningkatan sampai 66, 46 juta ton pada tahun 2010,
namun pada tauhun 2011 produksinya menurun menjadi 65,47 juta ton atau turun
1,10%. Banyak faktor yang menyebabkan penurunan produktivitas komoditas padi
adalah iklim yang tidak menetu sepanjang tahun 2011 dan tingginya alih fungsi
lahan sawah menjadi lahan perkebunanataupun pemukiman. Begitu juga dengan
komoditi jagung mengalami penurunan produksi 18,32 juta ton pada tahun 2010
menjadi 17,62 pada tahun 2011 atau turun sekitar 3,8 %. Kacang kedelai juga
mengalami penurunan 6,97 % dari tahun 2010 dengan produksi mencapai 907, 03
ribu ton turun menjadi 843,8 ribu ton pada tahun 2011.
Tabel 1. Perkembangan produksi tanaman pangan
di Indonesia tahun 2007-2011
Tahun
|
Komoditi
|
||||||
Padi
|
Jagung
|
K. Kedelai
|
K. Hijau
|
K. Tanah
|
U. Kayu
|
U. Jalar
|
|
2007
|
57,157,435
|
13,287,527
|
592,534
|
322,487
|
789,089
|
19988058
|
1,886,852
|
2008
|
60,325,925
|
16,317,251
|
77,571
|
298,059
|
770,054
|
21756991
|
1,881,761
|
2009
|
64,398,890
|
17,629,748
|
974,512
|
314,486
|
777,888
|
22039145
|
2,057,913
|
2010
|
66,469,394
|
18,327,636
|
907,031
|
291,705
|
779,228
|
23918118
|
2,051,046
|
2011*)
|
65,740,946
|
17,629,033
|
843,838
|
341,097
|
690,949
|
24009624
|
2,192,242
|
Pertumbuhan 2011 over 2010
|
-1.10
|
-3.81
|
-6.97
|
16.93
|
-11.33
|
0.38
|
6.88
|
Sumber :
Statistik Kementerian Pertanian (diolah)
*) : Angka ramalan
Tabel 1 diatas menunjukan bahwa komoditi
tanaman pangan seperti padi, jagung, dan kacang kedelai mengalami penurunan
produksi, walaupun penurunannya tidak signifikan. Hal ini mungkin disebabkan
oleh iklim yang tidak bisa diprediksi sepanjang tahun 2011 sehingga banyaknya
terjadi gagal panen didaerah-daerah sentra produksi. Sedangkan untuk komoditi
ubi kayu dan ubi jalar mengalami peningkatan, ubi kayu pada tahun 2010
produksinya 23,91 juta ton pada tahun 2011 naik menjadi 24,0 juta ton atau sekitar
0,38 %. Komoditi ubi jalar menunjukan peningkatan produksi yang tinggi sebesar
6,88 %. Meningkatnya produksi ubi kayu maupun ubi jalar disebakan oleh komoditi
tersebut lebih tahan terhadap perubahan iklim atau cuaca, selain itu komoditi
ubi kayu menunjukan harga yang tinggi dan permintaannya tinggi sehingga petani
tertaruk untuk mengembangan tanaman ubi kayu.
Walaupun penurunan produksi dari berbagai
makanan pokok pada komoditas tanaman pangan, perlu untuk lebih meningkatkan
produksi pangan dalam negeri karena sangat berkaitan dalam hal mewujudkan
kemandirian pangan dalam negeri oleh produk dalam negeri sendiri.
Tabel 2. Luas Panen tanaman pangan seluruh
Indonesia tahun 2007-2011
Tahun
|
Komoditi
|
||||||
Padi
|
Jagung
|
K. Kedelai
|
K. Hijau
|
K. Tanah
|
U. Kayu
|
U. Jalar
|
|
2007
|
12,147,637
|
3,630,324
|
459,116
|
306,207
|
660,480
|
1,201,481.00
|
176,932
|
2008
|
12,327,425
|
4,001,724
|
590,956
|
278,137
|
633,922
|
1,204,933.00
|
174,561
|
2009
|
12,883,576
|
4,160,659
|
722,791
|
288,206
|
622,616
|
1,175,666.00
|
183,874
|
2010
|
13,253,450
|
4,131,676
|
660,823
|
258,157
|
620,563
|
1,183,047.00
|
181,073
|
2011*)
|
13,201,316
|
3,861,433
|
620,928
|
297,126
|
539,230
|
1,182,637.00
|
177,857
|
Pertumbuhan 2011 over 2010
|
-0.39
|
-6.54
|
-6.04
|
15.10
|
-13.11
|
-0.03
|
-1.78
|
Sumber :
Statistik Pertanian (diolah)
*) : Angka sementara
Tabel 3.
Produktivitas tanaman pangan tahun 2007-2011
Tahun
|
Komoditi
|
||||||
Padi
|
Jagung
|
K. Kedelai
|
K. Hijau
|
K. Tanah
|
U. Kayu
|
U. Jalar
|
|
2007
|
47.05
|
36.60
|
12.91
|
10.53
|
11.95
|
166.36
|
106.64
|
2008
|
48.94
|
40.78
|
01.31
|
10.72
|
12.15
|
180.57
|
107.80
|
2009
|
49.99
|
42.37
|
13.48
|
10.91
|
12.49
|
187.46
|
111.92
|
2010
|
50.15
|
44.36
|
13.73
|
11.30
|
12.56
|
202.17
|
113.27
|
2011*)
|
49.80
|
45.65
|
13.59
|
11.48
|
12.81
|
203.02
|
123.26
|
Pertumbuhan 2011 over
2010
|
-0.71
|
2.92
|
-0.99
|
1.60
|
2.05
|
0.42
|
8.82
|
Sumber :
Statistik Pertanian (diolah)
*) : Angka sementara
Dari tabel 2 dapat
dilihat bahwa luas panen pertanian tanaman pangan tidak menunjukan peningkatan
yang signifikan, bahkan pada tahun 2011 mengalami penurunan dari tahun 2010
walaupun penurunannya tidak signifikan. Namun untuk komoditi tanaman kacang
hijau mengalami peningkatan luas panen dari 258, 15 Ha pada tahun 2010 naik
menjadi 297,12 Ha atau naik 15,10 %. Dari sisi penggunaan lahan untuk tanaman
pertanian maka lahan paling luas adalah komoditi padi, jagung, ubi kayu, kacang
tanah, kacang kedelai, kacang hijau dan ubi jalarar. Pada tabel 3 dapat dilihat
bahwa produktifitas tanaman paling tinggi adalah ubi jalar mencapai 8,82 %
selanjutnya jagung 2, 9 %.
1.5.2.
Peternakan
Peternakan merupakan
subsector yang penting dalam pertanian karean fungsinya sebagai sumber pangan
asal hewani serta untuk peningkatan pendapatan para petani/ peternak. Peternakan
terdiri dari ternak ruminansia dan non ruminansia, yang termasuk ternak
rumniansia adalah sapi, kerbau, kambing dan domba sedangkan ternak non
ruminasia adalah unggas, kuda dan babi.
Tabel 4. Produksi daging, telur dan sapi pada
tahun 2007-2011
Tahun
|
Komoditi
|
||
Daging
|
Telur
|
Susu
|
|
2007
|
2,069,520
|
1,382,140
|
567,680
|
2008
|
2,136,720
|
1,323,600
|
646,950
|
2009
|
2,204,290
|
1,306,870
|
827,250
|
2010
|
2,365,670
|
1,366,200
|
909,530
|
2011*)
|
2,468,220
|
1,432,190
|
925,780
|
Pertumbuhan 2011 over 2010
|
4.33
|
4.83
|
1.79
|
Sumber :
Statistik Pertanian (diolah)
*) : Angka sementara
Dari tabel 4 terlihat
terjadi peningkatan produksi daging (semua daging ternak), telur (semua telur
ayam dan itik) dan susu dari tahun ketahun. Peningkatan produksi produk
peternakan pada tahun 2011 seperti daging mencapai 4,33% , telur 4,83 % dan
susu 1,79 %. Walaupun peningkatannya
tidak signifikan tapi ini menunjukan bahwa permintaan terhadap produk
peternakan terus meningkat seiring dengan meningkatanya pendapatanan masyarakat
dan kesadaran masyarakat untuk mengkonsusmsi protein asal hewani semakin
tinggi. Hal ini berarti masih memberikan peluang untuk pengembangan atau
melakukan kegiatan budidaya peternakan diamsa yang akan datang.
Tabel 5. Perkembangan populasi beberapa
ternak, pad atahun 2007-2011
Tahun
|
Komoditi
|
||||
sapi
|
kerbau
|
sapi perah
|
ayam petelur
|
ayam pedaging
|
|
2007
|
11,514,871
|
2,085,779
|
374,067
|
111,488,878
|
891,659,345
|
2008
|
12,256,604
|
1,930,716
|
457,577
|
107,955,170
|
902,052,418
|
2009
|
12,759,838
|
1,932,927
|
474,701
|
111,417,637
|
1,026,378,580
|
2010
|
13,581,570
|
1,999,604
|
488,448
|
105,210,062
|
986,871,712
|
2011*)
|
14,824,007
|
1,305,011
|
597,129
|
110,300,428
|
1,041,968,246
|
Pertumbuhan 2011 over
2010
|
9.15
|
(34.74)
|
22.25
|
4.84
|
5.58
|
Sumber :
Statistik Pertanian (diolah)
*) : Angka sementara
Dari tabel 5 terlihat
bahwa rata-rata populasi ternak menunjukan peningkatan setiap tahunnya, namun
yang mengalami penurunan di tahun 2011 adalah populasi kerbau turun sebesar 34,7
% dari tahun 2010. Peningkatan populasi tentu didorong oleh berbagai faktor
baik faktor sumber daya peternakan, permintaan dan bibit yang unggul.
1.5.3.
Perkebunan
Sub sector perkebunan
merupakan komoditas ekspor terbesar Indonesia dan memberikan pendapatan yang
besar jug bagi devisa negara diantara sub sector pertanian laiinnya. Kegiatan
budidaya perkebunan sudah mengalami perkembangan yang pesat dengan dukungan
teknologi. Beberapa komoditas perkebunan di Indonesia adalah sawit, karet,
kakao, kopi, kelapa, lada, pinang, atsiri dan rempah-rempah lainnya.
Tabel 6. Produksi beberapa komoditi
perkebunan tahun 2007-2011
Tahun
|
Komoditi
|
||||
Sawit
|
Karet
|
Kakao
|
Kopi
|
Lada
|
|
2005
|
11,861,615
|
2,270,891
|
748,828
|
640,365
|
78,328
|
2006
|
17,350,848
|
2,637,231
|
769,386
|
682,158
|
77,534
|
2007
|
17,664,725
|
2,755,172
|
740,006
|
676,475
|
74,131
|
2008
|
17,539,788
|
2,751,286
|
803,593
|
698,016
|
8,042
|
2009
|
19,324,293
|
2,440,347
|
809,583
|
682,591
|
82,834
|
2010
|
21,958,120
|
2,734,854
|
837,918
|
686,921
|
179,318
|
2011*
|
22,508,011
|
3,088,427
|
712,231
|
633,991
|
77,808
|
Pertumbuhan 2011 over 2010
|
2.5
|
12.9
|
-15.0
|
-7.7
|
-56.6
|
Sumber :
Statistik Pertanian (diolah)
*) : Angka sementara
Dari
tabel 6 terlihat bahwa komoditi perkebunan sawit dan karet mengalami
peningkatan dari tahun ketanun, pada tahun 2011 sudah mencapai 22,5 juta ton,
dan Indonesia merupakan produsen sawit terbesar didunia. Untuk komoditi karet
tercatat pada tahun 2011 mencapai 3,08 juta ton dan Indonesia merupakan
produsen nomor dua terbesar di dunia. Komoditi kakao yang juga merupakan
komoditi unggulan perkebunan Indonesia produksi tahun 2011 turun sebesar 15 %
dari tahun 2010. Kegiatan budidaya perkebunan sudah memberikan dampak yang
tinggi terhadap peningkatan pendapatan petani, sumber devisa dan penyedia
lapangan pekerjaan.
Tabel 7. Luas lahan beberapa komoditas
perkebunan tahun 2007-2011
Tahun
|
Komoditi
|
||||
Sawit
|
Karet
|
Kakao
|
Kopi
|
Lada
|
|
2005
|
5, 453,817
|
3,279,391
|
1,167,046
|
1,255,272
|
191,992
|
2006
|
6,594,914
|
3,346,427
|
1,320,820
|
1,308,732
|
192,604
|
2007
|
6,766,836
|
3,413,717
|
1,379,279
|
1,295,912
|
189,054
|
2008
|
7,363,847
|
3,424,217
|
1,425,216
|
1,295,111
|
183,082
|
2009
|
7,873,294
|
3,435,270
|
1,587,136
|
1,266,235
|
185,941
|
2010
|
8,385,394
|
3,445,415
|
1,650,621
|
1,210,365
|
186,296
|
2011*
|
8,908,399
|
3,456,127
|
1,677,254
|
1,292,965
|
179,038
|
Pertumbuhan 2011 over 2010
|
6.2
|
0.3
|
1.6
|
6.8
|
(3.9)
|
Sumber :
Statistik Pertanian (diolah)
*) : Angka sementara
Dari
tabel 7 bahwasanya luas lahan yang paling luas adalah komoditas sawit pada
tahun 2011 mencapai 8,9 juta Ha selanjutnya lahan karet 3,4 juta Ha, kakao 1,6
juta Ha, lada 1,3 juta Ha, namun untuk komoditi lada mengalami penurunan setiap
tahun, pada tahun 2011 turun 3,9% atau luas lahannya 179,03 ribu Ha. Komoditi
perkebunan semunya merupakan komoditas ekspor.
1.5.4.
Hortikultura
Tanaman hortikultura terdiri
dari tanaman sayuran, buah-buahan, florikutura dan biofarmaka. Indonesia
memiliki berbagai ragam tanaman sayuran dan buah-buahan serta florikultura
sesuai dengan iklim tropis.
Tabel 8. Produksi beberapa tanaman
hortikultura tahun 2007-2011
Tahun
|
Komoditi
|
||
Bawang merah
|
Cabe besar
|
cabe rawit
|
|
2007
|
802,810
|
676,828
|
451,965
|
2008
|
853,615
|
695,707
|
457,353
|
2009
|
965,164
|
787,433
|
591,294
|
2010
|
1,048,934
|
807,160
|
521,704
|
2011*
|
877,244
|
857,191
|
583,023
|
Pertumbuhan 2011 over
2010
|
(16.4)
|
6.2
|
11.8
|
Sumber :
Statistik Pertanian (diolah)
*) : Angka sementara
Dari tabel 8 dapat
dilihat bahwa produksi bawang merah mengalami peurunn yang sangat signifikan
pada tahun 2011 samapai 16,4 % sedangkan untuk komoditi cabai mengalami
peningkatan, walaupun peningkatanya tidak signifikan.
1.6. Faktor-faktor Pendukung Kegiatan
Budidaya Pertanian
1.6.1. Lingkungan
budidaya pertanian
Faktor-faktor
lingkungan yang perlu diperhatikan dalam menjalankan kegiatan budidaya atau
usaha pertanian, dapat dikelompokan yaitu, faktor lingkungan mikro dan faktor
lingkungan makro. Faktor mikro dapat disebut sebagai faktor internal sedangkan
faktor makro dapat disebut sebagai faktor eksternal. Penggabungan dari faktor
internal dan eksternal tersebut diebut lingkungan usaha pertanian. Tujuh faktor
makro yang berpengaruh dalam melaukan budidaya pertanian adalah mencakup faktor
klimatik, edafik, biotic, teknologi, ekonomi financial, social budaya, dan
kebijakan pemerintah.
Iklim/klimatik sangat
menetukan komoditas yang akan diusahakan baik untuk tanaman maupun peternakan.
Komoditas yang diusahakan harus cocok dengan iklim setempat agar
produktivitasnya tinggi dan memberikan manfaat yang lebih baik bagi manusia.
Iklim juga berpengaruh terhadap cara mengushakan serta teknologi yang cocok
dengan iklim tersebut. Faktor klimatik meliputi curah hujan, suhu udara,
kelembapan udara, radiasi sinar matahari dan kecepatan angin.
Curah hujan, menjadi
faktor yang sangat penting dalam pertanian dan peternakan dalam hal mengairi
persawahan maupun untuk penyediaan air minum ternak dan pengadaan makanan
ternak sepanjang tahun. Berkaitan dengan hal tersebut perlu untuk mempelajari
peta curah hujan untuk mengetahui jumlah bulan kering dan jumlah bulan basah
sepanjang tahun.
1.6.2. Faktor
Tanah/ lahan
Tanah sebagai sebagai
faktor alam juga menentukan dalam usaha pertanian. Ada tanah pasir yang sanagat
porous, ada tanah kuarsa yang berbutir halus, tanah liat yang susah
penggarapannya pada waktu kering karena keras, ada tanah yang gembur dan subur
sehingga sanagat menguntungkan. Sebagian besar tanah Indonesia adalan tanah
yang subur dan sanagat baik untuk digunakan sebagai lahan pertanian.
Tabel . Luas lahan pertanian tahun
2005-2009
Tahun
|
Sawah non irigasi
|
Sawah irigasi
|
Tegalan/Kebun
|
Ladang/ Huma
|
Total luas lahan
pertanian
|
2005
|
3,090,084
|
4,672,997
|
11,498,226
|
5,214,967
|
24,476,274
|
2006
|
3,138,054
|
4,679,291
|
11,513,336
|
5,102,680
|
24,433,361
|
2007
|
3,142,112
|
4,754,842
|
12,004,535
|
5,202,308
|
25,103,797
|
2008
|
3,173,249
|
4,841,584
|
11,853,848
|
5,324,282
|
25,192,963
|
2009
|
3,162,965
|
4,898,822
|
12,281,190
|
5,453,364
|
25,796,341
|
Sumber : Kementerian Pertanian
Dari tabel diatas
terlihat luas lahan petanian mengalami peningkatan walaupun tidak terlalau
signifikan, lahan pertanian yang bertambah tersebut adalah untuk sector
perkebunan dan plawija. Pada tahun 2009 lahan untuk perkebunan mencapai 12,281
juta Ha, sedangkan un tuk lahan swah
tidak ada peningkatan bahkan cenderung mengalami penurunan. Komposisi
lahan pertanian dapat dilihat pada diagram berikut :
Diagram persentase
lahan pertanian di Indonesia.
1.6.3. Tenaga
Kerja
Tenaga kerja dalam
hal ini petani merupakan faktor penting dalam proses produksi komoditas
pertanian. Tenaga kerja harus mempunyai kualitas berpikir yang maju untuk dapat
mengadopsi inovasi-inovasi baru, tertama dalam pencapaian teknologi untuk
melakukan buduaya yang baik sehingga produktivitasnya akan tinggi.
Tenaga kerja kerja
berumur 15 tahun keatas yang bekerja pada sector pertanian pada tahun 2008
mencapai 41,331,706 orang pada tahun
2009 mencapai 41,611,840 orang sedangkan
tahun 2010 mengalami penurunan dengan jumlah 41,494,941 orang separoh dari
angkatan kerja di Indoesia. Hal ini melihatkan banyaknya tenaga kerja pada
subsektor pertanian terutama di pedesaan.
Jika dilihat secara system agribisnis, maka tenaga kerja yang terlibat
dalam agribisnis akan menjadi lebih tinggi baik yang bekerja di sector hulu,
sector jasa dan lain-lain. Sampai saat ini tenaga kerja dalam sitem agribisnis
masih terbesar pada subsistem budidaya pertanian, hal ini disebakan oleh masih
rendahnya tingkat pendidikan para petani.
1.7. Arah Pengembangan Kegiatan Budidaya
Pertanian
Mengingat
peran penting pertanian dalam perekonomian bangsa Indonesia telah menjadikan
pertanian termasuk sebagai prioritas untuk tetap dikembangakan, karena sektor
pertanian akan berkaitan dengan ketersediaan pangan dan tenaga kerja. Untuk itu
beberapa hal yang menjadi perhatian dalam
pengembangan pertanian kedepan khusus untuk subsistem budidaya pertanian
adalah dengan beberapa hal diantaranya melaui Intensifikasi pertanian, ekstensifikasi
pertanian, diversifikasi pertanian, peningkatan teknologi, dan penelitian dan
pengembangan.
Intensifikasi
dan diversifikasi pertanian perlu dilakukan di daearah pada penduduk yang tidak
bisa lagi dilakukan ektensifikasi seperti pulau Jawa, sedangkan untuk pulau
diluar pulau Jawa masih memungkinkan untuk kegiatan ektensifikasi. Disamping
intensifikasi, ektensifikasi dan diversifikasi perlu pengembangan bidang
penelitian dan pengembagan mekanisasi pertanian.
II. KESIMPULAN DAN SARAN
2.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini
adalah :
1.
Keterkaitan dari berbagai subsistem dalam
agribisnis akan membentuk system agribisnis yang saling membutuhkan atara yang
satu dengan yang laiinya.
2.
Kegiatan budidaya (on farm) merupakan
kegiatan yang utama dalam system agribisnis, walaupun secara pendapatan ekonomi
lebih kecil dibandingkan dengan kegiatan di subsistem hillir.
3.
Indonesia sebagai negara beriklim tropis
memiliki potensi besar untuk mengembangkan pertanian baik untuk pertnian,
perkebunan dan petenakan.
2.2. Saran
Saran
dari makalah ini adalah untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani
melalui kegiatan budidaya pertanian maka program yang dilakukan adalah
Intensifikasi pertanian , ekstensifikasi pertanian, diversifikasi pertanian,
peningkatan teknologi, penelitian dan pengembangan.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul Adjid. D, 1998.
Bunga Rampai Agribisnis, kebangkitan, kemandirian dan keberdayaan masyarakat
pedesaan menuju abad 21. Surat Kabar Sinar Tani, Jakarta
Hafsah. J, 2009.
Membangun Pertanian. Pusataka Sinar harapan, Jakarta
Krisnamurti. B, dkk.
2010, Refleksi Agribisnis, IPB Press. Bogor
Pakpahan. A, 2009,
Pertanian Masa Depan Kita, Gibon Books. Jakarta
Rahim. A, 2007.
Pengantar, teori dan kasus. Ekomomika Pertanian, Penebar Swadaya, Jakarta
Sholahudin. S, 2009.
Pertanian Harapan Masadepan Bangsa, IPB Press. Bogor
Sukardono, 2009,
Ekonomi Agribisnis Peternakan, Akapress. Jakarta
Suratiyah. K, 2009.
Ilmu Usaha Tani, Penebar Swadaya, Jakarta
Suryana. A, dkk.
1995. Diversifikasi Pertanian, Pusataka Sinar harapan, Jakarta
Pusat
Data dan Informasi Pertanian Kementerian Pertanian
1 komentar:
terimakasih banyak penulis XD
ini sangat membantu saya dalam mendapatkan info yang saya butuhkan
Posting Komentar