Pembangunan
peternakan merupakan bagian dari pembangunan ketahanan nasional untuk
mewujudkan ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani/ peternak. Ketersediaan
pangan asal hewan termasuk daging sapi yang mudah diakses dari sisi produksi
dan harganya sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan konsumsi protein
masyarakat terutama bagi usia pertumbuhan. Peningkatan konsumsi protein bagi
anak usia pertumbuhan merupakan salah satu upaya untuk menciptakan generasi
penerus bangsa yang kuat, cerdas dan inovatif dalam menyonsong era globalisasi
yang mengedepankan efisiensi dan daya saing dalam segala bidang.
Pada
sisi lain usaha peternakan khususnya peternakan sapi potong dan kerbau sebagian
besar diusahakan oleh petani dalam skala kecil sebagai usaha sambilan atau
disebut dengan peternakan rakyat. Walapun sistem peternakan rakyat sebagai
usaha integrasi dalam sistem usaha tani di pedesaan (diversifikasi pertanian), namun
telah mampu menjadi penopang sebahagian besar kebutuhan daging nasional. Dengan
banyaknya peternak yang terlibat pada usaha peternakan, diharapkan kondisi
tersebut dapat meningkatkan dan menumbuhkan ekonomi kerakyatan terutama di
pedesaan. Perkembangan sektor peternakan juga akan mendorong tumbuhnya kegiatan
ekonomi hulu dalam penyediaan input produksi dan ekonomi hilir dalam kegiatan
distribusi, pemasaran, pengolahan hasil dan jasa keuangan. Oleh karena itu
pembanagunan peternakan sebaiknya diarahkan dalam satu sistem agribisnis yang holistic terintegrasi dari hulu sampai
hilir yang bersinergis dengan usaha pertanian lainnya (diversifikasi pertanian)
sehingga lebih efisen.
Pertumbuhan
populasi ternak sapi dan peningkatan produksi daging menjadi hal utama untuk
memenuhi kebutuhan daging nasional yang mudah diakses oleh konsumen baik
kualitas maupun kuantitasnya. Disamping itu permintaan terhadap daging sapi diyakini
akan mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, tingginya
kesadaran untuk mengkonsumsi pangan bergizi tinggi dan berkembangnya industri
kuliner yang menyajikan bahan baku berbasis daging sapi. Tingginya permintaan
daging sapi harus diimbangi dengan pertumbuhan populasi dan produksi daging
sapi dalam negeri, sehigga kebutuhan daging dalam negeri dapat dipenuhi dari
hasil peternakan sendiri terutama peternakan rakyat dan impor secara bertahap
dapat dikurangi. Kebutuhan daging nasional belum sepenuhnya dapat dipenuhi dari
produksi dalam negeri karena pertumbuhan populasi sapi dalam negeri masih
lambat atau belum optimal.
Lambatnya
pertumbuhan populasi sapi dalam negeri secara umum disebabakan oleh belum
optimalnya manajemen reproduksi ternak sapi ditingkat peternak dan adanya
gejala penurunan peforma ternak yang berdampak terhadap penurunan produksi
daging. Manajemen reproduksi yang tidak optimal berimplikasi pada, banyaknya
kejadian IB berulang atau sevice per
conseption masih tinggi rata-rata 2-3 sehingga jarak beranak menjadi lebih
panjang dari normalnya. Selain itu masih banyak terjadi perkawinan sedarah (inbreeding) terutama di daerah dengan pemeliharaan
ternak secara ektensif yang berpengaruh terhadap rendahnya mutu genetik yang
akan berdampak pada rendahnya produktivitas ternak. Belum optimalnya manajemen
reproduksi sapi potong meyebabkan kerugian bagi peternak baik secara materi
maupun immaterial. Peternakan akan membutuhkan waktu yang lama untuk menunggu
kelahiran anak atau pertumbuhan anak sapi yang tidak optimal tidak sesuai
dengan yang semestinya.
Mencermati
hal tersebut dalam upaya percepatan peningkatan populasi sapi, pemerintah
menjalankan Upaya khusus sapi indukan/kerbau wajib bunting (Upsus Siwab) yang
diamanatkan dalam Permentan Nomor 48/Permentan/PK.210/10/2016. Melalui program
upsus siwab diharapkan dapat memperbaiki
sistem pelayanan peternakan kepada masyarakat, perbaikan manajemen reproduksi
dan produksi ternak serta perbaikan
sistem pelaporan dan pendataan reproduksi ternak melalui sistem aplikasi
iSIKHNAS. Untuk mengoptimalkan pelaksanaan Upsus Siwab, maka pelaksanaannya dilakukan
secara teritegrasi dengan kegiatan pendukung lainnya yaitu pendistribusian
semen beku dan N2 cair, penanggulangan gangguan reproduksi, penyelamatan
pemotongan betina produktif dan penguatan pakan.
Upsus
Siwab merupakan program nasional untuk ketahana pangan yang harus dijalankan
oleh seluruh instansi pemerintah terkait pusat maupun daerah untuk
menterjemahkan, merumuskan dan mengimplementasikan strategi dan upaya untuk
mensukseskan program tersebut. Dalam upaya pelaksanaan Upsus Siwab maka
ditetapkan Penanggungjawab Supervisi di tingkat provinsi dan kabupaten/kota
yang mendampingi pelaksanaan kegiatan di daerah. Koordinasi antar instansi,
antar penangungjawab supervisi, antar dinas, antar bidang diperlukan untuk bekerjasama, bersinergi dalam
menjalankan program upsus siwab sehingga timbul harmonisasi pemahaman untuk
besama-sama membangun dan mensejahterakan peternak agar berdaya saing.
Berbagai
upaya dilakukan untuk menjalankan program upsus siwab dengan baik, mulai dengan
perbaikan pelayanan kepada masyarakat, pengembangan SDM tenaga reproduksi ternak, perbaikan sarana dan prasarana pendukung, melakukan sosialisasi serta
perbaikan sistem pelaporan melalui Isikhnas. Dihrapkan pelaksanaan Upsus Siwab
berjalan dengan baik, sehingga dapat memperbaiki sistem reproduksi ternak yang
berdapmpak terhadap kesejahteraan peternak dan peningatan produktiivitas ternak
sapi Dallam negeri untuk mewujudkan swasembada pangan. (Al Hendri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar